Ultrastructure and Nutrient Content of Waste Sago and The Potential as Compost Block for Plant Growth Media

One alternative industrial waste that has not been widely used by the public is sago waste . Sago solid waste into compost that has brown to black coor . The purpose of this study was to analyze the structure of fresh sago waste , compost and compost dry sago sago black by using SEM ; assess the nutrient content . The results showed that sago waste wet, half-dry and dry sago has a pore size and larger than the black sago waste so they have the potential as a store of water and causing aeration. Measurement of nutrient content of compost sago either fresh , dried and black for the content of N, P and K are relatively high, successive N (1.32 to 1.67 %) , P (0.15 to 0.47 %) and K (1 , 39 to 2.42 %). Based compost structure and water-holding power is relatively high, the composting of waste sago potential for growing media such as plant nurserie

Artikel Kajian Peranan dan Pola Akumulasi Proline Tanaman pada Adaptasi Cekaman Kekeringan

Para ahli klimatologi memperkirakan dampak pemanasan global akan menyebabkan terjadinya periode kekeringan yang lama. Periode kekeringan sering berasosiasi dengan peristiwa ENSO (El Nino Southern Oscillation). Dibanding dekade sebelumnya, peristiwa ENSO diramalkan akan lebih sering terjadi di masa datang. Saat musim kering panjang dan berasosiasi dengan peristiwa ENSO sering diiringi oleh penurunan pertumbuhan bahkan kematian tanaman. Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan akan berusaha untuk melakukan Perubahan-Perubahan fisiologi sebagai bentuk adaptasinya. Salah satu bentuk adaptasi tersebut adalah kemampuan tanaman untuk mempertahankan tekanan osmotik dengan mengakumulasi senyawa osmolit sel sebagai respon terhadap Perubahan potensial air dari lingkungan sel. Sebagai konsekuensi dari akumulasi ini, potensial osmotik sel lebih rendah dan cenderung untuk menjaga tekanan turgor. Proline bebas sering terakumulasi selama tanaman mengalami kekeringan yang disebabkan oleh aktivasi biosintesa dan inaktivasi degradasi proline. Seringkali peningkatan jumlah proline dianggap merupakan indikasi toleransi terhadap kekeringan. Namun demikian masih terjadi kontrovesi tentang fungsi proteksi dari akumulasi proline karena beberapa kasus menunjukkan jika terjadi over produksi proline justru dapat berakibat buruk saat tanaman menghadapi kondisi cekaman kekeringan. Tulisan ini bertujuan mengkaji peranan dan pola akumulasi proline pada tanaman dalam menghadapi cekaman kekeringan

Pertumbuhan Jahe Emprit (Zingiber officinale var. Rubrum) setetah Perlakuan Pupuk Kuda

The aims of this experiment was to know thw growth of ginger after treatment horse fertilizer. Randomized Complete Design with 3 replicates were used to the experiment. The dosage was 7lg, 142g, 213g, 248g and control (0g). Parameters was sum of leaf, sum of root, length of root and sum of bud. The result of this experiment indicated that horse fertilizer was able to increase on sum of leaf and tusk of length root. Dosage of 213g is better to increase of length of the root. Key words : horse fertilizer, growth, ginge

Struktur Morfoanatomi Bunga, Daun dan Akar Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw.) pada Beberapa Daerah di Kabupaten Magelang

 Salak merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Varietas salak juga berbagai macam, salah satunya adalah salak pondok yang terkenal komoditas unggul dari DI Yogyakarta dan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan satu faktor yaitu: lokasi pengamatan yang berbeda. Lokasi atau daerah tersebut adalah Salamsari, Ngablak, dan Banyuadem. Ketiga daerah tersebut berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dimana secara geografis terletak dekat DIY yang terkenal dengan salak pondohnya. Parameter yang digunakan adalah jumlah tangkai, jumlah tandan, keliling bunga dan buah, panjang bunga, serta ukuran stomata. Selain itu, diamati juga anatomi akar tanaman salak pondoh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi bunga dan anatomi akar salak pondoh pada daerah yang berbeda di Kabupaten Magelang. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapatnya perbedaan nyata pada morfologi bunga maupun ukuran stomata yang diamati. Sedangkan, anatomi akar berbeda pada susunan sel korteks pada lahan recovery lebih rapat dan beraturan dan pada lahan unrecovery, susunan sel korteks akar lebih tidak beraturan dan banyak rongga udara. Kata kunci : keliling bunga, salak, tanda

PERUBAHAN POTENSIAL AIR AKAR POHON KAKAO (Theobroma cacao L.) DAN GAMAL (Gliricidia sepium Jacq,)PADA CEKAMAN KEKERINGAN

Pada keadaan normal tanaman membutuhkankeseimbanagan potensial air antara tanah-akar-daun-atmosfir. Keseimbangan ini berarti menunjukkan adanya gradien potensial air antara bagian-bagian tersebut yang memungkinkan untuk melakukan transpor air dan hara dari akar ke daun. Potensial air menggambarkan tingkat hidrasi tumbuhan, dengan demikian dapat menunjukkan indeks relatif cekaman kekurangan air yang dialaminya. Adanya cekaman kekeringan akan mengakibatkan rendahnya laju penyerapan air oleh akar tanaman. Ketidakseimbangan antara penyerapan air oleh akar dan kehilangan air akibat transpirasi dari daun dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perubahan potensial air akar pohon kakao dan Gamal ( Gliricidia sepium Jacq.) pada kondisi cekaman kekeringan. Penelitian dilakukan di perkebunan kakao Marena Desa O'o, kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Donggala,yang merupakan daerah di sekitar kawasan Tama Naional Lore Lindu, Propinsi Sulawesi Tengah. Cekaman kekeringan pada pohon kakao dan G.sepium dilakukan dengan menggunakan sistem throughfall displacement experiment (TDE), yang berlangsung dari bulan Februari 2007-Februari 2008. Pohon kakao yang digunakan pada penelitian ini berumr 6 tahun. Lokasi percobaan seluas satu Ha dibagi menjadi 6 plot yang terdiri 3 plot kontrol dan 3 plot roofing. Setiap plot diambil 6 pohon kakao dan 3 pohon G. sepium, dimana setiap pohon diambil 3 buah sistem perakaran yang berdiameter 3-5 mm pada kedalaman tanah 20 cm. Potensial air akar pohon kakao dan G. sepium diukur dengan menggunakan Scholander Pressure Bomb dan dilakukan pada periode sebelum dan selama cekaman kekeringan. Hasil penelitian menunjukkan cekaman kekeringan dengan menggunakan sistem TDE berpengaruh terhadap perubahan potensial air akar kakao dan G. sepium, karena sistem TDE ini dapat mengurangi infiltrasi air hujan sampai 79% sehingga menurunkan kandungan air tanah pada plot roofing. Keadaan tersebut menyebabkan potensial air akar kakao dan G. sepium pada plot roofing lebih rendah dari plot kontrol. Namun demikian perubahan penurunan potensial air akar keduanya menunjukkan pola yang berbeda dimana akar kakao mengalami penurunan lebih dahulu dan juga lebih tajam dibanding akar G. sepium karena pada saat potensial air kakao mencapai -9,31 -+ -1,98 Bar potensial air akar G. sepium hanya -4,85 -+ -1,25

CHANGES IN LEAVES AND STEM DIAMETER OF COCOA TREE (Theobroma cacao L.) IN DROUGHT STRESS

In general, research on plant drought response of cocoa has been done mainly on seedlings. However, information about the response of cocoa tree to drought stress is still very small. The purpose of this resesrch to study the change in leaves number per branch, leaf mass per area ratio (LMA) and stem diameter of the 6 years old cacao tree before and during drought stress period. Drought stress treatment with through fall displacement experiment (TDE) system which is a treatment with through fall displacement experiment (TDE) system which is a method of usng the roof panels plastic are placed under the canopy of trees where the roof can be opened and closed. Experimental design used in this study was completely randomized design with factorial treatment between drought stress treatment (no stress/control; drought stress (roofing) and time (month of sampling). Three designated as a control plot (plot of non-roofing), and three plots defined as a plot roofing. Measurement of variables made on each plot by randomly selecting six cacao trees. The result showed that drought stress with TDE system does not influence to the leaf number per branch, leaf mass per area ratio, and stem diameter of cocoa tree even though that TDE system effectively reduce infiltration of rainwater into the ground, however, soil water content decreased by 30% had no effect on cocoa crop growth aged 6 yers. The growth of cocoa plants before and during drought stress showed the leaves number per branch increased from 17.18 to 38.88 leaves; LMA values are relatively constantly is 8.7 mg/cm2 and cocoa stem diameter increased from 29.72 cm to 33.67 c

Cocoa (Theobroma cacao L.) and Gliciridia sepium Root System for Water Availability on Agroforestry

Indonesia is the third largest producer fo cocoa in the world. In generally, cocoa is cultivated using three different cropping system i.e (i) traditionally under the shade of selectively thinned forest, (ii) under planted shade trees such as Gliricidia, Cocos nucifera and (iii) unshaded tree conditions. The objective of the research is to analyze the conductivity and root distribution of 6 year old cocoa trees and G. sepium. Observations were done to learn about root conductivity and sitribution. The research was conducted in O'o Village, South Kulawi District, Donggala Regency,which was around Lore Lindu National Park area, Central Sulawesi province, at 585 metres above sea level, and with a coordinate of 15524' North latitude and 1200206' East longitude. he research was conducted from June 2006 to May 2008. The result showed that cocoa root had low capacity in distributing water than that G. sepium. Cocoa root were present to a depth of 150-160cm, and thevroots of G. sepium penetrated much deeper than those of cocoa, being present to a depth 275 cm. The different on root distribution and conductivity could be reducing competition for water and help to availablle water cocoa and G. sepiu

PERUBAHAN NILAI HYDRAULIC CONDUCTANCE AKAR KAKAO (Theobroma cacao L.) DAN Gliciridia sepium PADA CEKAMAN KEKERINGAN

Tujuan ini adalah untuk menganalisis respon morfofisiologi tanaman kakao pada sistem agroforesstri di sekitar kawasan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah, sebelum dan selama perlakuan cekaman kekeringan dengan sistem throughfall displacement experiment (TDE) dengan mengkaji perubahan hydraulic conductance akar dari tanaman kakao dan G. sepium. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2006-Mei 2008. Hasil penelitian menunjukkan perubahan nilai hydraulic conductance akar kakao selama periode cekaman kekeringan lebih tinggi dari pada sebelum periode cekaman kekeringan (Desember 2006-Februari 2007). Sementara itu perubahan nilai hydraulic conductivity akar G. sepium mempunyai pola yang berbeda dengan kakao. Hydraulic conductance akar G. sepium sebelum periode cekaman kekeringan (Februari 2007) menunjukkan nilai yang sama dengan bulan ke 5 (Juli 2007) dan ke 13 (Maret 2008. Kenaikan nilai hydraulic conductance yang tajam terjadi pada bulan ke 7(September 2007), hal ini berlawanan dengan akar kakao yang justru mengalami penuruna pada bulan itu. Nilai hydraulic conductance, akar kakao mempunyai kisaran nilai yag lebih rendah. Pengukuran nilai hydraulic conductance pada akar kakao menunjukkan kisaran nilai antara 1,54.10-5 -+ 3,4.10-6 - 6,19.10-5 -+ 1,3.10-5 Kg.m.MPa-1.S-1. Sementara itu nilai hydraulic conductance akar G.sepium mempunyai kisaran 2,4.10-5 -+ 1,34.10-5 - 4,02.10-3 -+ 2,89.10-5 Kg.m.MPa-1.S-1 hal itu menunjukkan sifat konduktivitas perakaran, akar tanaman kakao mempunyai kapasitas yang rendah dalam mengalirkan air dibanding G.sepium. Sifat-sifat itu ditunjukkan pada nilai hydraulic conductance

Kandunga Klorofil dan Pertumbuhan Semai Kakao (Theobroma cacao L.) pada Perlakuan Cekaman Kekeringan yang Berbeda

Drought stress will result in decreasing the rate of water absorption by plant roots. This decrease will result in disturbances in plant growth, especially in a growing network includes the addition of Growth in dry mass, volume, length or area of cells resulting from the interaction or processes in plants through photosynthesis, respiration, transport, water relations and nutrient balance. Morphological and physiological responses of plants against stress and patterns of plant adaptation to different environments is very important especially for the purposes of cultivation and the prediction of properties of responsive that plant. The purpose the of this research to examine changes in content klorofil a and b, and growth (number of leaves and plant height) cocoa seedling age of 12 months at different water stress. The study was conducted in the village of Plana Bayumas, Central Java Province, which lasted from Jauary 2007 to June 2008. Cacao tree used was 12 months in ehich the cocoa beans used for seedling of hybrid clones derived from cocoa pods from the village O,o Kulawi Donggala District of Central Sulawesi. Cocoa seedlings were given three treatments of water stress that soil water content 75%, 50%, and 25%. Observations of variable chlorophyll a and b, number of leaves and plant height after one month and two months of stress. The results showed drought effect on leaf chlorophyll content of seedlings of cocoa, where the plants grown on soil water content of 50% have chlorophyll a and b are lower than those grown on soil water content 75%. The growth of cocoa seeedlings are best when planted with soil water content 75%, because the soil moisture content of 50% and 25% of the number of leaves and plant height decreased